* Ada berbagai macam definisi tentang aransemen. Dalam tulisan ini,
yang saya maksud dengan aransemen adalah "menata dan memperkaya sebuah
melodi, lagu, atau komposisi, yang sudah tersedia sebelumnya, ke dalam
format atau gaya yang baru." Mediumnya bisa apa saja, dari instrumen
tunggal hingga sebuah orkestra. Namun dalam tulisan ini kita batasi
aransemen untuk gitar tunggal.
* Membuat aransemen --menurut pendapat pribadi saya
---sebetulnya lebih mudah dari membuat komposisi. Sebab, kita tinggal
"memungut" bahan yang sudah ada. Sejak zaman manusia mulai kenal musik
hingga zaman kini, ada jutaan melodi, lagu, dan komposisi yang bisa
menjadi sumber pembuatan aransemen. Ambil contoh lagu rakyat. Dari
Indonesia saja jumlah lagu rakyat amat banyak. Belum lagi lagu-lagu
rakyat dari negara lain.
BENTUK PALING DASAR
* Bentuk/struktur paling dasar dari sebuah aransemen adalah
memainkan melodi bersama dengan iringan (bas + rhythm). Biasanya dengan
menambahkan intro dan coda.
Pada keyboard/piano tidaklah sulit. Pada gitar, hal ini
tidak selalu mudah karena keterbatasan wilayah nada gitar. Karenanya,
kita mesti coba mainkan dulu melodi lagu tersebut. Apakah not tertinggi
dan terendah tercakup dalam rentang nada gitar? Jika tidak, coba ganti
nada dasarnya. Bila masih belum bisa juga, kita bisa memenggal lagu ini.
Pada bagian yang terlalu tinggi bisa diturunkan satu oktaf. Begitu pula
sebaliknya.
Namun tidak semua lagu bisa dipenggal begitu saja. Juga
perlu diperhatikan apakah tekstur melodi itu bisa dimainkan di gitar.
Jalinan melodi yang terlalu njlimet dan cepat mungkin bisa dengan mudah
dimainkan di piano, tapi tidak di gitar. Jadi, jangan memaksakan diri.
Untunglah, masih lebih banyak lagu yang bisa dengan mudah dimainkan
dengan gitar tunggal.
* Bila melodi sudah bisa kita mainkan, langkah berikutnya
adalah mencari chord. Bila lagu itu sudah ada di buku/majalah/internet
lengkap dengan chordnya, tentu mudah. Sedikit susah bila kita
mendengarkannya lewat rekaman. Namun bila kita sering melakukannya,
lama-lama akan terbiasa. Cari chord-chordnya dengan benar. Kalau ada
chord yang "misterius", cobalah mengutak-atiknya pada instrumen Anda.
Tidak selalu dia punya susunan yang njlimet. Terkadang secara
fisik dia sebetulnya chord sederhana saja. Misalnya chord Bm7-5 (B minor
7 minus 5) yang secara fisik adalah chord Dm dengan bas B.
* Melodi sudah bisa dimainkan pada gitar dan semua chordnya
pun sudah diketahui. Maka selanjutnya adalah memilih jenis irama. Mau
dua hitungan? Empat hitungan? Enam hitungan? Waltz? Cha-cha? Dangdut?
Ballad? Mainkan dulu chord-chordnya dengan menggunakan irama ini.
Masukkan pula pola ritme bas. Bila sudah lancar, cobalah mulai barengi
dengan melodinya.
Masalah biasanya muncul saat kita memainkan melodi pada
not-not tinggi. Kita harus menggunakan chord pada posisi-posisi yang
dekat dengan letak jari kiri saat memainkan melodi tadi. Singkatnya,
kita mesti tahu letak chord dalam berbagai posisi. Chord F, misalnya,
selain pada posisi I juga bisa ditemui pada posisi III, V, atau VIII.
* Bagi yang belum terbiasa memainkannya langsung pada gitar,
boleh saja menuliskan dulu not-not melodinya pada buku musik. Lantas
tambahkan not-not chord dan bas. Baru setelah itu baca dan mainkan.
* Karena keterbatasan jumlah senar, kita tidak selalu bisa
membunyikan semua not yang terkandung dalam sebuah chord. Terkadang
hanya dengan satu atau dua not, plus bas, kita sudah bisa mendapatkan
hasil yang baik. Contoh: bila ada chord C, kita bisa membunyikan not C
dan E saja. Sedangkan not G bisa diabaikan.
MEMPERKAYA ARANSEMEN
* Bila kita sudah memperoleh aransemen dasar, itu sudah
bagus. Bila kita bisa memainkan dgn lancar dan beat/ketukan yang rapi,
siapa pun yang mendengarnya akan bisa emnikmati. Namun jika ingin
memperkaya, kita bisa bermain "bongkar-pasang" pada elemen-elemen dasar
musik. Yakni: pola-pola ritmik, timbre, serta harmoni. Mari kita tengok satu per satu.
(1) POLA RITMIK
Yang saya maksud pola ritmik adalah pola-pola panjang-pendeknya
not-not yang ada dalam aransemen. Baik itu pada melodi ataupun pada
birama dasarnya. Contoh simpel pada melodi: not 1 1 / 5 5 / 6 6/ 5 . /
bisa kita ubah jadi 1 1_5 / 0 5_6/ 0 6_5/ 0 0/ atau bahkan lebih
sederhana lagi 0_1 0 / 0_5 0 / 0_6 0 / 0_5 0 /.
Contoh pada birama adalah mengubah lagu yang berbirama 3/4
menjadi 4/4. Bisa juga kita tetap memakai birama sama tapi mengubah
pola ritmik pada basnya saja. Misalnya saja, ada beberapa jenis irama
yang berbirama 3/4. Ada waltz ala Wina, waltz ala Amerika Latin, bolero,
sampai jazz waltz. Anda boleh juga menciptakan berbagai pola ritmik
baru. Yang penting, pendengar masih bisa "menangkap" karakter lagu
sesungguhnya.
(2) TIMBRE
Biasa juga disebut tone color atau warna suara.
Biola dan gitar memiliki sejumlah teknik untuk menghasilkan warna suara
berbeda. Pada gitar, perbedaan posisi jari kanan saja bisa menentukan
warna suara lembut atau metalik (sul tasto dan sul ponticello). Beberapa teknik yang lazim digunakan: pizzicato, vibrato, slur (hammering dan pull-off), harmonik oktaf, dan strumming.
Ada juga gitaris yang mempersiapkan khusus gitarnya agar bisa
menghasilkan warna suara beda dengan memasang benda-benda tertentu pada
senar gitar. Bisa lembaran kertas, selotip, paperclip, hingga jepitan jemuran!
Beberapa komposer gitar kontemporer memiliki cara-cara lebih ekstrem
untuk memperoleh timbre unik, yakni dengan menggunakan sendok sebagai
pengganti jari kiri atau kanan, membetot senar, hingga menggeseknya
dengan kuku.
(3) HARMONI
Untuk praktisnya, saya mendefisikan harmoni
ini sebagai "seni memilih dan meracik nada-nada yang berbeda untuk
dibunyikan simultan ataupun yang berurutan". Lebih praktis lagi, harmoni
adalah seni memilih dan menggunakan chord. Termasuk pula di dalamnya
tangga nada (scale) yang merupakan basis bagi pembentukan
chord. Berikut sejumlah langkah yang bisa dilakukan untuk memperkaya
aransemen dengan "bermain-main" di wilayah harmoni.
a) Mengubah progresi chord
Ambil contoh lagu Naik-naik ke Puncak Gunung.
Bila kita memakai nada dasar C, maka progresi chordnya yang asli adalah
C /C /C /C /G7 /G7 /C /C . Kita bisa mengubahnya, semisal menjadi C
/Em bass B /Am /Am bass G /F /G7 /C .
b) Memperkaya chord
Yang dimaksud adalah menggantikan chord mayor
atau minor "polos" dengan chord-chord 6, 7, 9, 11, 13, dan sebagainya.
Pengayaan chord ini umumnya dikombinasikan dengan perubahan progresi
chord. Tentunya harus disesuaikan dengan karakter lagunya.
Masih terkait dengan pengayaan chord, bisa dicoba juga melakukan steman alternatif atau alternate tuning untuk
menghasilkan chord-chord baru yang terkadang tak kita duga sebelumnya.
Sejak zaman Renaisans hingga masa kini, ada saja musisi instrumen
berdawai yang mengubah-ubah urutan tuning standar. Pada gitar, misalnya, ada puluhan alternate tuning
yang pernah dikenal. Yang umum dipakai adalah (urutan dimulai dari
senar terbesar): D-A-D-Fis-B-E, D-A-D-F-A-D, D-A-D-Fis-C-D,
D-G-D-G-B-D, D-G-D-G-Bes-D, E-B-D-Gis-B-E, dan sebagainya.
c) Mengubah scale
Melodi dengan scale mayor, misalnya, bisa
saja kita ubah jadi scale blues. Atau, jika memang cocok, bisa saja
scale diubah jadi minor. Ada banyak sekali scale lainnya yang tersedia
dalam khazanah musik. Dari yang modern sampai yang tradisional, dari
yang berisi 12 nada sampai 3 nada.
d) Modulasi
Modulasi adalah pergantian nada dasar. Biasanya memberi efek "refreshing".
Dalam ilmu harmoni, melakukan modulasi tidak bisa sembarangan. Ada
aturan-aturannya, karena pergantian itu idealnya harus berlangsung mulus
hingga pendengar tak merasa kaget. Contoh progresi chord yg kerap
dipakai untuk "berpindah nada dasar" adalah IIm, V7, dan I, di mana I
adalah nada dasar yang baru.
Contoh. Kita main di suatu nada dasar (apa pun), lalu mau pindah ke G
mayor. Maka mainkan chord Am dan D7 sebagai "jembatan" menuju G. Maka
Anda pun sudah berpindah ke nada dasar G.
Cara terpraktis mengenali variasi "jembatan" ini adalah dengan
mendengarkan sebanyak mungkin komposisi/aransemen yang sudah ada. Bisa
dari sonata-sonata Scarlatti dan partita-partita Bach hingga lagu-lagu
jazz maupun pop dari musisi zaman sekarang. Saya, misalnya, dulu
berlajar banyak soal aransemen dari musik-musik yang mengiringi
penyanyi2 tahun 80-an, seperti Vina Panduwinata, Chrisye, Oddie Agam,
dsb, selain dari perbendaharaan lagu-lagu klasik dan jazz.
e) Mengubah register
Melodi tak harus ada pada nada tinggi. Bisa
saja kita pindahkan ke bagian bas. Atau sebaliknya, melodi yang tadinya
ada di nada rendah kita pindahkan ke wilayah nada tinggi.
f) Variasikan tekstur
Tekstur meliputi "ketebalan" maupun "kasar-lembutnya" jalinan
antar-nada dalam aransemen. Kita bisa menciptakan tekstur "tebal",
misalnya dengan membunyikan melodi, chord, dan bas sekaligus. Bisa juga
kita membuatnya jadi "tipis", semisal dengan hanya menyisakan jalinan
dua jalur melodi yang berjalan bersama atau bersahut-sahutan.
Kesan "kasar" bisa diperoleh bila melodi, chord, dan bas lebih
banyak berbunyi bersamaan. Sebaliknya, kesan "halus" bisa dicapai
dengan mengurai melodi, chord, dan bas untuk berbunyi
bergantian/bersamaan dalam pola-pola tertentu.
"BUMBU-BUMBU" LAIN
Di luar elemen-elemen dasar musik di atas,
kita juga dapat "bermain-main" dengan tempo dan dinamika. Memperlambat
atau mempercepat tempo, melembutkan dan mengeraskan volume, bisa
menciptakan kesegaran pada aransemen kita.
Beberapa "bumbu" penyegar lain yang bisa dicoba:
- Masukkan efek perkusi. Pada tubuh gitar, ada beberapa
bagian yang bila dipukul bisa menghasilkan suara-suara berbeda. Juga ada
beberapa teknik menciptakan efek perkusi pada senar yang bisa dicoba.
Efek perkusi biasanya menarik perhatian penonton.
- Tepuk tangan, jentikan jari, hentakan kaki, bahkan
siulan, dan bebunyian lain dari mulut juga dapat dimanfaatkan untuk
menambah daya tarik aransemen.
"MODAL" YANG DIPERLUKAN
Untuk membuat aransemen pada instrumen tunggal, ada beberapa "modal" dasar yang kita perlukan:
(1) Tahu semua chord dan juga scale-scale pokok
pada instrumen yang kita mainkan. Setidaknya mayor, minor, dan dominant
7th. Akan lebih menguntungkan bila kita juga kenal chord-chord yang
lebih kompleks seperti mayor/minor 7, 11, 13, dan sebagainya.
(2) Memiliki bekal teknik yang memadai untuk bisa memainkan
aransemen tersebut. Teknik memang bukan segalanya, namun ia merupakan
medium atau "kendaraan" yang bisa mengantar ke tujuan kita, yakni
menghasilkan aransemen/musik yang baik dan asyik didengar.
(3) Kenal, atau lebih bagus lagi sering menyimak berbagai
genre musik. Baik itu dari musik tradisi, musik klasik, hingga aneka
jenis musik industri. Tontonlah macam-macam konser musik. Dengar dan
pelajari aransemen-aransemen orang lain.
(4) Meningkatkan terus pengetahuan dan wawasan musik. Untuk
itu, ada banyak buku yang mesti dipelajari (teknik, teori musik) dan
juga partitur serta rekaman musik yang mesti kita dengar (ada banyak
sekali jenis musik di dunia ini yang mungkin sampai detik ini kita belum
pernah mendengarnya). Manfaatkan internet untuk memelajari semua itu.
Baik lewat e-book, artikel, hingga rekaman audio dan video.
Semoga catatan ini dapat memotivasi lebih banyak gitaris
solo akustik membuat aransemen karya sendiri dan bukan sekadar menirukan
permainan gitaris2 luar. Menirukan sangat baik karena kita bisa
mengenali dan emmelajari teknik-teknik maupun gaya musik yang mereka
gunakan. Meniru adalah proses belajar yang sangat dianjurkan. Namun pada
akhirnya jika kita serius hendak menjadi gitaris, tentu harus memiliki
karya sendiri. Lebih bagus lagi jika karya-karya itu memiliki ciri khas.smoga bermanfaaat
sumber: https://id-id.facebook.com/notes/jubing-kristianto/dasar-dasar-membuat-aransemen-untuk-gitar-tunggal/10151250979389776
If you would like an alternative to casually picking up girls and trying to find out the right thing to do...
BalasHapusIf you'd prefer to have women chase YOU, instead of spending your nights prowling around in filthy bars and night clubs...
Then I urge you to play this eye-opening video to unveil a amazing secret that has the power to get you your very own harem of beautiful women:
Facebook Seduction System!!!
Do you need free Google+ Circles?
BalasHapusDid you know you can get them ON AUTO-PILOT & ABSOLUTELY FREE by getting an account on You Like Hits?