Minggu, 23 November 2014

cerpen : Antara Cinta dan Sahabat

“Bagaimana bisa aku menjalani cinta ini dengan kedua sahabatku itu?” batainku dalam hati.
Sejak perkenalan pertama dengan Ari dan Jibril yang kusebut mereka adalah kedua sayapku itu. Aku merasakan hidupku lebih berwarna, hidupku seperti pelangi. Tentunya aku semangat dengan cerita-cerita dan canda mereka. Hingga aku merasakan ada getaran cinta untuk mereka. Entah kenapa aku bingung untuk memilih di antara mereka. Jibril atau Ari. Yang aku tahu Jibril adalah pemuda yang soleh, dan cenderung ke sifat penyabar, sementara Ari, ia pemuda yang cukup misterius bagiku. Dengan egoku aku menjatuhkan pilihan ke Jibril. Yang aku tahu waktu itu Ari juga diam-diam menyukaiku.
Semenjak melihat hubunganku dengan Jibril berlangsung damai dan aman-aman saja. Ari memintaku untuk mencarikan sesosok wanita yang sama sepertiku. “Glek!” bagaimana bisa aku mencarikan sesosok wanita yang sama sepertiku? mungkin yang lebih baik banyak. Kalau untuk sekedar teman yang mungkin bisa memahami hatinya, mungkin aku bisa mencarikan. Yah, aku tahu siapa wanita itu.
Akhirnya aku mengenalkan Ari dan Syiwa, teman Smk dulu. Awal perkenalan mereka biasa-biasa saja, dan tanpa aku sadari hubungan mereka menuju ke yang lebih serius. Dan sejak itu, Ari semakin jarang untuk menghubungiku, sekedar menanyakan kabar atau yang lain. Bahkan dia lebih jarang untuk mengetahui bagaimana hubunganku dengan Jibril. Pernah antara aku dan dia bertengkar dan saling menyalahkan. Entah apa permasalahannya.
Sakit. Perih. Tiba-tiba itu yang aku rasakan terhadap Ari. Aku merasakan telah kehilangan satu sisi sayapku, dan semua yang aku rasakan hambar. Tidak ada warna sama sekali. Sampai beberapa bulan, tiba-tiba Jibril juga meninggalkanku begitu saja. Tanpa pamitan, tanpa alasan yang jelas. Aku kebingungan mencarinya, dan pada siapa aku akan bertanya?
Hingga suatu hari aku membaca pesannya yang terakhir,
“Aku minta maaf yang sebesar-besarnya. Mungkin hubungan kita cukup disini saja, karena ada pihak ketiga yang cemburu atas hubungan ini. Maafkan aku yang telah melukaimu.”
Huh, jahat! jahat! jahat! berontakku dalam hati.
Semenjak itu, aku terpuruk dalam titik Nol yang dulu. Aku merasa seperti dipermainkan, dan mereka. Mereka sangat jahat padaku.
Beberapa bulan kemudian, semua telah terungkap. Ari sudah tidak berhubungan lagi dengan Syiwa dan kembali kepadaku lagi. Sementara Jibril, dia masih tetap diam terhadapku. Sebab dia tahu, bahwa Ari akan mendekatiku dan ingin mengenalku lebih dalam.
Beginikah rasanya mencintai kedua sahabat yang berarti bagiku?
Cerpen Karangan: Bunga Sholekha
Facebook: Bunga Sholekha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

visitors

Flag Counter