Jumat, 12 Juni 2015

5 Fakta di Balik Insidious Chapter 3

5 Fakta di Balik Insidious Chapter 3
Film horor Insidious: Chapter 3 baru saja rilis di bioskop Indonesia pekan ini, dan pastinya menjadi incaran para penggemar horor, mengingat kesuksesan dua seri sebelumnya. Lewat dua film pertamanya, Insidious kini sering disebut-sebut sebagai salah satu franchise horor terseram di milenium baru, sehingga tidaklah mengherankan jika Insidious: Chapter 3 kembali membuat penonton berbondong-bondong ke bioskop. 

1 Franchise Insidious awalnya hanya sebuah proyek horor supranatural sederhana besutan sutradara James Wan dengan sohibnya, penulis skenario Leigh Whannell, dan juga dua produser penghasil seri Paranormal ActivityJason Blum dan Oren Peli. Ternyata, film ini berhasil mendapat sambutan yang baik ketika dilepas di pasaran tahun 2010, dan berlanjut pada sekuelnya, Insidious: Chapter 2  di tahun 2013. Untuk Insidious: Chapter 3, para pembuat film melakukan perombakan cerita, juga pertukaran posisi tim pembuatnya, sehingga jadilah film yang ketiga ini sebuah prekuel, dan kursi sutradara diambil alih oleh Whannell.

Di luar itu, ternyata masih ada beberapa fakta menarik dari produksi film Insidious: Chapter 3, yang terekam dalam catatan produksi yang dirilis Sony Pictures Releasing International. Mulai dari alasan pergantian sutradara, nasihat sineas horor terkenal, sampai alasan menjadikan film ini berupa prekuel. Simak selengkapnya dalam lima fakta di balik film Insidious: Chapter 3, mulai halaman berikut
BENTROK DENGAN FAST & FURIOUS 7

2
Dua film Insidious sebelumnya disutradarai oleh James Wan, dan Leigh Whannellsebagai penulis skenarionya. Untuk Insidious: Chapter 3, kursi sutradara diberikan kepada Whannell, sekaligus tetap jadi penulis skenario dan pemeran Specs. 

"Tak ada orang yang lebih baik untuk meneruskan Insidious; saya merasa terhormat untuk menyerahkan tongkat estafet kepada sahabat baik saya! Ketika saya melihatnya menyutradarai, sekalipun ini film panjang pertamanya, ia sudah tampak alami. Ia sangat nyaman dan senang melakukannya," ungkap Wan.

Pergantian sutradara ini merupakan imbas dari jadwal Wan yang harus menyelesaikan film aksi perdananya, Fast & Furious 7, yang bentrok dengan produksi Insidious: Chapter 3Wan sebenarnya masih terlibat sebagai produser, juga sempat tampil cameo di filmnya. Wan juga mengaku selama produksi, ia danWhannell sering bertukar pikiran.

"Saya SMS Leigh tentang cara membuat adegan seram. Ia akan membalas saya tentang bagaimana meledakkan mobil! Kami melakukan apa yang biasa kami lakukan kalau bertemu langsung—saling melempar ide dan saling membantu proyek masing-masing," ungkap Wan lagi.

Sebelumnya, Wan juga sempat menyatakan setelah Insidious: Chapter 2, ia tidak berminat lagi untuk menyutradarai film-film horor lagi. Langkah pertamanya adalah menerima tawaran menyutradarai Fast & Furious 7. Berpindahnya jabatan sutradara ke Whannell di Insidious: Chapter 3 semakin menguatkan kesan bahwa Wan benar-benar stop bikin horor. Akan tetapi, rupanya Wan bersedia untuk kembali ke horor dengan menyutradarai film The Conjuring 2 untuk tahun 2016.TIPS DARI SUTRADARA THE EXORCIST
Sebagai sutradara debutan, Leigh Whannell ternyata meminta masukan dari berbagai pihak. Selain oleh sutradara dua seri Insidious terdahulu, James Wan, Whannell juga sempat mendapat resep rahasia dari sineas senior William Friedkin. Friedkin sendiri adalah sutradara film horor supranatural The Excorsist (1973) yang sering disebut-sebut sebagai salah satu film horor Hollywood terseram sepanjang masa.

"Nyaris tak percaya. Saya belum pernah bertemu orangnya. Kami pergi makan siang dan hampir tidak mengucapkan salam sampai (Friedkin) berkata, 'Kamu harus menakuti para pemain dengan sungguh-sungguh. Di The Excorcist saya menembakkan pistol. Menurutmu saya bisa tangkap si pendeta untuk terperangah seperti itu waktu ketika telepon berdering?'" kenang Whannell tentang pertemuannya dengan Friedkin.

Whannell sendiri sempat menerapkan tips tersebut di salah satu adegan Insidious: Chapter 3. "Saya bunyikan klakson angin. Satu kali saja," aku Whannell, dan cara itu terbukti berhasil.

"Leigh ada di sisi lain lokasi, dan itu masih saja membuat ngeri," ujar aktor pemeran Sean Brenner, Dermot Mulroney.PEMERAN UTAMA BELUM PERNAH MAIN FILM HOROR
Selain menampilkan pemain dari dua seri Insidious sebelumnya, yaitu Lin Shaye, Angus Sampson, dan Leigh Whannell sendiri, Insidious: Chapter 3 juga menampilkan dua tokoh baru ayah dan anak, Sean dan Quinn Brenner (dimainkanDermot Mulroney dan Stefanie Scott) sebagai tokoh utamanya. Ternyata, baikScott maupun Mulroney belum pernah sekalipun main di film horor.

3 Scott adalah aktris muda yang sebelumnya lebih banyak terlibat di film-film drama dan komedi. Demikian juga Mulroney yang selama 25 tahun kariernya di Hollywood belum pernah mencicipi film horor. Mulroney sendiri lebih dikenal lewat film komedi romantis My Best Friend's Wedding, atau film-film drama thriller seperti Zodiac danCopycat.

Namun, Mulroney mengaku memang tertarik untuk main di film horor, khususnya di seri Insidious. "Saya punya putra remaja penggemar berat film horor, jadi kami sering menonton bersama di pemutaran hari pertama film-film itu—dan saya sendiri juga jadi ikut menggemari; demikian juga bagaimana saya menonton dua filmInsidious sebelumnya. Leigh Whannell juga senang film-film seperti ini, dan antusiasmenya menular," ungkap Mulroney.PEMERAN UTAMA BELUM PERNAH MAIN FILM HOROR
4 Selain menampilkan pemain dari dua seri Insidious sebelumnya, yaitu Lin Shaye, Angus Sampson, dan Leigh Whannell sendiri, Insidious: Chapter 3 juga menampilkan dua tokoh baru ayah dan anak, Sean dan Quinn Brenner (dimainkanDermot Mulroney dan Stefanie Scott) sebagai tokoh utamanya. Ternyata, baikScott maupun Mulroney belum pernah sekalipun main di film horor.

Scott adalah aktris muda yang sebelumnya lebih banyak terlibat di film-film drama dan komedi. Demikian juga Mulroney yang selama 25 tahun kariernya di Hollywood belum pernah mencicipi film horor. Mulroney sendiri lebih dikenal lewat film komedi romantis My Best Friend's Wedding, atau film-film drama thriller seperti Zodiac danCopycat.

Namun, Mulroney mengaku memang tertarik untuk main di film horor, khususnya di seri Insidious. "Saya punya putra remaja penggemar berat film horor, jadi kami sering menonton bersama di pemutaran hari pertama film-film itu—dan saya sendiri juga jadi ikut menggemari; demikian juga bagaimana saya menonton dua filmInsidious sebelumnya. Leigh Whannell juga senang film-film seperti ini, dan antusiasmenya menular," ungkap Mulroney.STEFANIE SCOTT DICEKOKI MUSIK DEATH-METAL
Untuk memperdalam perannya sebagai Quinn Brenner, aktris muda Stefanie Scottdibantu lewat deskripsi karakter dari sang penulis dan sutradara, Leigh Whannell, yang cukup mendetail. "Saya terima sebuah playlist musik, apa yang disukai Quinn, dan semuanya berasal dari zaman sebelum dirinya lahir: Joni Mitchell, Elliott Smith, Jeff Buckley. Leigh memberikan saya album dalam piringan hitam, jadi saya duduk dan mendengarkan musiknya sambil menuliskan buku harian Quinn," kenangScott.

Namun, ketika dalam satu momen dalam filmnya Quinn berubah akibat dipengaruhi roh jahat, Scott harus mendengarkan musik yang jauh berbeda. "Leigh mengantar saya ke dalam lemari. Ia menyuruh saya mendengarkan musik death-metal selama 30 mentit, gelap-gelap. Ia menyuruh seorang penjaga di pintu, dan ia akan bergegas masuk untuk memastikan saya tidak mengecilkan volume headphone saya. Itu sangat mengerikan, tetapi ketika saya harus melakukan adegannya, saya siap!"
DEMI BANGKITKAN SOSOK ELISE
Insidious: Chapter 3 adalah prekuel dari dua film Insidious sebelumnya. Film ini sendiri tidak lagi bercerita tentang keluarga Lambert, tetapi tetap punya benang merah tentang dunia astral The Further, dan para pemburu hantu Elise (Lin Shaye), Specs (Leigh Whannell), dan Tucker (Angus Sampson). Rupanya, pengambilanangle cerita ini berkaitan dengan Whannell yang ingin tetap menampilkan Elise, yang diceritakan meninggal di Insidious: Chapter 2.

"Saya suka tokohnya, dan beranda-andai bagaimana saya bisa mengembalikannya. Menampilkan 'hantu Elise' bukan ide yang baik; saya mau ia hidup! Penonton tampak menikmat penuturan dengan jarak waktu yang lebar di film kedua, dan saya merasa itu membantu saya untuk menemukan cerita yang memberi makna lebih dalam bagi perjalanan Elise. Saya mulai merancang kisah asal-muasal, prekuel berlatar beberapa tahun sebelum film pertama ketika konsep sentral Insidious mulai terbentuk, dan bagaimana kami bisa menggali latar belakang Elise. Begitu saya mulai menulisnya, saya langsung jatuh cinta pada cerita ini," jelas Whannell.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

visitors

Flag Counter